Bunga Raflesia Arnoldi
Bunga Rafflesia pertama kali ditemukan Louis Auguste Deschamps, seorang dokter dan penjelajah berkebangsaan Perancis.
Penemuan Rafflesia merupakan hasil ekspedisi tumbuhan selama tiga tahun di Pulau Jawa, pada akhir abad ke-18 Masehi. Ekspedisi ini merupakan permintaan Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Pieter Gerardus Van Overstraten.
Rafflesia dijadikan sebagai lambang kelangkaan dari berbagai jenis flora di dunia. Status konservasi Rafflesia di tingkat internasional adalah flora malesiana. Status ini menandakan bahwa Rafflesia merupakan tumbuhan langka di kawasan Malesia.
Sementara itu, di Indonesia sebagai habitat alami terbesar Rafflesia, spesies Rafflesia arnoldii memperoleh status sebagai Puspa Langka. Dengan demikian, Rafflesia merupakan spesies langka yang mewakili flora langka di Indonesia.
Rafflesia tidak memiliki daun, batang, dan akar. Sebagai ganti dari tidak adanya akar, Rafflesia memiliki jaringan bernama haustorium yang mampu menyerap hasil fotosintesis dari jaringan tumbuhan inangnya.
Bunga Rafflesia merupakan endoparasit pada tumbuhan merambat dari genus tetrastigma (famili Vitaceace), yang menyebarkan haustoriumnya dalam jaringan tumbuhan tersebut.
Satu-satunya bagian tumbuhan Rafflesia yang dapat dilihat di luar tumbuhan inangnya adalah bunga bermahkota lima.
Pada beberapa spesies, seperti Raflesia arnoldii, diameter bunganya bisa mencapai 100 sentimeter, dan beratnya hingga 10 kilogram.
Bahkan spesies terkecil, Rafflesia manillana, bunganya berdiameter 20 sentimeter. Bunganya terlihat dan berbau seperti daging busuk, karena itulah ia disebut bunga bangkai atau bunga daging.
Bau bunganya yang tidak enak mampu menarik serangga, seperti lalat dan kumbang kotoran, sehingga mereka membawa serbuk sari ke bunga betina.
Diketahui bahwa tupai dan mamalia hutan lainnya memakan buah dan turut serta dalam penyebaran bijinya.
Komentar
Posting Komentar